Monday, August 30, 2010

Kisah - kelebihan solat 2 rakaat

Diriwayatkan bahawa Rasulullah S.A.W telah bersabda yang bermaksud: " Setelah Allah S.A.W selesai menciptakan Jibrail A.S. dengan bentuk yang cantik, dan Allah S.W.T. menciptakan pula baginya 600 sayap yang panjang, sayap itu antara timur dan barat.

Setelah itu Jibrail A.S. memandang dirinya sendiri dan berkata: " Wahai Tuhanku, adakah engkau menciptakan makhluk yang lebih baik daripada aku".
Lalu Allah S.W.T berfirman yang bermaksud : " Tidak". Kemudian Jibrail A.S. berdiri serta solat dua rakaat kerana syukur kepada Allah S.W.T. dan tiap-tiap rakaat lamanya 20,000 tahun.

Setelah selesai Jibrail A.S. solat, maka Allah S.W.T pun berfirman yang bermaksud: "Wahai Jibrail, kamu telah menyembah Aku dengan ibadah yang bersungguh-sungguh dan tidak ada seorang pun yang menyembah kepadaku seperti ibadah kamu, akan tetapi di akhir zaman nanti akan datang seorang Nabi yang mulia yang paling Aku cintai , namanya " Muhammad". Dia mempunyai umat yang lemah dan sentiasa berdosa; sekiranya mereka itu mengerjakan solat dua rakaat yang hanya sebentar sahaja dan mereka dalam keadaan lupa serta kurang, fikiran mereka melayang bermacam-macam dan dosa mereka pun besar juga.Maka demi kemuliaanKu, sesungguhnya solat mereka itu Aku lebih suka dari solatmu.Kerana mereka mengerjakan solat atas perintahKu, sedangkan kamu mengerjakan solat bukan atas perintahKu'. Kemudian Jibrail A.S. berkata: " Ya Tuhanku, apakah yang engkau hadiahkan kepada mereka sebagai imbalan ibadah mereka?" Lalu Allah S.W.T. berfirman yang bermaksud : " Ya Jibrail, akan Aku memberikan syurga Ma'waa sebagai tempat tinggal".

Kemudian Jibrail A.S. meminta izin kepada Allah S.W.T. untuk melihat syurga Ma'waa.

Setelah Jibrail A.S. mendapat izin dari Allah S.W.T. maka pergilah Jibrail A.S. dengan mengembangkan sayap dan terbang, setipa kali dia mengembangkan dua sayapnya dia boleh menempuh jarak perjalanan 3,000 tahun terbanglah malaikat Jibrail A.S. selama 300 tahun sehingga ia merasa letih dan lemah dan akhirnya dia turun singgah berteduh di bawah bayangan sebuah pohon dan dia sujud kepada Allah S.W.T. lalu ia berkata dalam sujud : " Ya Tuhanku apakah sudah aku menempuh jarak perjalanan setengahnya , atau sepertiganya, atau seperempatnya?"

Kemudian Allah S.W.T. berfirman yang bermaksud: " Wahai Jibrail, kalau kamu dapat terbang selama 3,000 tahun dan meskipun Aku memberikan kekuatan kepadamu serta kekuatan yang engkau miliki, lalu kamu terbang seperti yang telah kamu lakukan, nescaya kamu tidak akan sampai kepada sepersepuluh dari beberapa perpuluhan yang telah diberikan kepada umat Muhammad terhadap imbalan solat dua rakaat yang mereka kerjakan".

Thursday, August 26, 2010

Wanita Yang Nabi Larang Dinikahi

Pesanan Rasulullah saw untuk kaum Lelaki : "Jangan engkau kahwini wanita yang enam, jangan yang ananah, yang mananah, dan yang hananah dan jangan engkau kahwini yang hadaqah, yang basaqah dan yang syadaqah".

1.Wanita Ananah : wanita yang banyak mengomen itu dan ini. Apa yang diberi atau dilakukan suami untuk rumahnya tangga semua tidak kena dan tidak berpuas hati.

2.Wanita Mananah : wanita sebegini yang menidakkan usaha dan jasa suami sebaliknya mendabik dada dialah yang banyak berkorban untuk membangun rumah tangga. Dia suka mengungkit-ungkit apa yang dilakukan untuk kebaikan rumah tangga. Biasanya wanita ini bekerja atau berkedudukan tinggi dan bergaji besar.

3.Wanita Hananah : Menyatakan kasih sayangnya kepada suaminya yang lain, yang dikahwininya sebelum ini atau kepada anaknya dari suami yang lain dan wanita ini berangan-angan mendapatkan suami yang lebih baik dari suami yang sedia ada. Dalam kata lain wanita sebegini tidak bersyukur dengan jodohnya itu. Wanita sebegini yang mengkufuri nikmat perkahwinan. Dia juga merendahkan kebolehan dan kemampuan suaminya.

4.Wanita Hadaqah :
melemparkan pandangan dan matanya pada tiap sesuatu, lalu menyatakan keinginannya utk memiliki barang itu dan memaksa suaminya untuk membelinya selain itu wanita ini suka ikut nafsunya. Wanita sebigini memeningkan kepala lelaki. Dia tenguk apa saja dia mahu. Dia suka membandingkan dirinya dengan diri orang lain. Suka menunjuk-nujuk. Wanita inilah yang menjadikan suami dulu handsome sekarang suah botak.


5. Wanita Basaqah : ada 2 makna:

Pertama wanita sebegini yang suka bersolek dan menghiaskan diri. Dia menghias diri bukan untuk sumainya tetapi untuk ditunjuk-tujukkan kepada dunia. Suka melawa. Wangnya dihabiskan untuk membeli make-up, kasut dan barang kemas. Wanita begini juga suka dipuji-puji. Kalau dia kebetulan menjadi isteri orang ternama dan menjadi pula ketua dalam kumpulan itu, orang lain tidak boleh mengatasi dirinya.

Kedua dia marah ketika makan dan tidak mahu makan kecuali sendirian dan diasingkannya bahagiannya.

6.Wanita Syadaqah : banyak cakap, tidak menentu lagi bising. Kebecokan itu juga menyebabkan segala kerja yang dibuatnya tidak menjadi, hanya tukang sibuk dan komen saja.

---Dicatat oleh Imam Al-Ghazalli...Wallahu'alam.

Wednesday, August 25, 2010

Mukjizat Cinta Seorang Isteri...

Di Madinah ada seorang wanita cantik solehah lagi bertakwa. Bila malam mulai merayap menuju tengahnya, ia senantiasa bangkit dari tidurnya untuk shalat malam dan bermunajat kepada Allah. Tidak peduli waktu itu musim panas ataupun musim dingin, karena disitulah letak kebahagiaan dan ketentramannya. Yakni pada saat dia khusyu’ berdoa, merendah diri kepada sang Pencipta, dan berpasrah akan hidup dan matinya hanya kepada-Nya.

Dia juga amat rajin berpuasa, meski sedang berpergian. Wajahnya yang cantik makin bersinar oleh cahaya iman dan ketulusan hatinya.

Suatu hari datanglah seorang lelaki untuk meminangnya, konon ia termasuk lelaki yang taat dalam beribadah. Setelah shalat istiqarah akhirnya ia menerima pinangan tersebut. Sebagaimana adat kebiasaan setempat, upacara pernikahan dimulai pukul dua belas malam hingga adzan subuh. Namun wanita itu justeru meminta selesai akad nikah jam dua belas tepat, ia harus berada di rumah suaminya. Hanya ibunya yang mengetahui rahsia itu. Semua orang takjub. Pihak keluarganya sendiri berusaha memujuk wanita itu agar mengubah pendiriannya, namun wanita itu tetap pada keinginannya, bahkan dia bersikap keras akan membatalkan pernikahan tersebut jika persyaratannya ditolak. Akhirnya walau dengan bersungut pihak keluarga lelaki menyetujui permintaan sang gadis.

Waktu terus berlalu, tibalah saat yang dinantikan oleh kedua mempelai. Saat yang penuh erti dan mendebarkan bagi siapapun yang akan memulai hidup baru. Saat itu pukul sembilan malam. Doa ‘Barakallahu laka wa baaraka alaika wa jama’a bainakuma fii khairin’ mengalir dari para undangan buat sepasang pengantin baru. Pengantin wanita terlihat begitu cantik. Saat sang suami menemui terpancarlah cahaya dan sinar wudhu dari wajahnya. Duhai wanita yang lebih cantik dari rembulan, sungguh beruntung wahai engkau lelaki, mendapatkan seorang isteri yang demikian suci, beriman dan shalihah.

Jam mulai mendekati angka dua belas, sesuai perjanjian saat sang suami akan membawa isteri ke rumahnya. Sang suami memegang tangan istrinya sambil berkendara, diiringi ragam perasaan yang bercampur baur menuju rumah baru harapan mereka. Terutama harapan sang isteri untuk menjalani kehidupan yang penuh dengan keikhlasan dan ketakwaan kepada Allah.

Setibanya disana, sang isteri meminta izin suaminya untuk memasuki kamar mereka. Kamar yang dia rindukan untuk membangung mimpi-mimpinya. Dimana di kamar itu ibadah akan ditegakkan dan menjadi tempat dimana ia dan suaminya melaksanakan shalat dan ibadah secara bersama-sama. Pandangannya menyisir seluruh ruangan. Tersenyum diiringi pandangan sang suami mengawasi dirinya.

Senyumnya seketika memudar, hatinya begitu tercekat, bola matanya yang bening tertumbuk pada sebatang mandolin yang terletak di sudut kamar. Wanita itu nyaris tak percaya. Ini nyatakah atau hanya fatamorgana? Ya Allah, itu nyanyian? Oh bukan, itu adalah alat musik. Pikirannya tiba-tiba menjadi kacau. Bagaimanakah sesungguhnya kebenaran ucapan orang tentang lelaki yang kini telah menjadi suaminya. Oh…segala angan-angannya menjadi hampa, sungguh ia amat terluka. Hampir saja air matanya tumpah. Ia berulang kali mengucap istighfar, Alhamdulillah ‘ala kulli halin. “Ya bagaimanapun yang dihadapi alhamdulillah. Hanya Allah yang Maha Mengetahui segala keghaiban.”

Ia menatap suaminya dengan wajah merah karena rasa malu dan sedih, serta setumpuk rasa kekhawatiran menyelubung. “Ya Allah, aku harus kuat dan tabah, sikap baik kepada suami adalah jalan hidupku.” Kata wanita itu lirih di lubuk hatinya. Wanita itu berharap, Allah akan memberikan hidayah kepada suaminya melalui tangannya.

Mereka mulai terlibat perbincangan, meski masih dibaluti rasa enggan, malu bercampur bahagia. Waktu terus berlalu hingga malam hampir habis. Sang suami bak tersihir oleh pesona kecantikan sang isetri. Ia bergumam dalam hati, “Saat ia sudah berganti pakaian, sungguh kecantikannya semakin berkilau. Tak pernah kubayangkan ada wanita secantik ini di dunia ini.” Saat tiba sepertiga malam terakhir, Allah ta’ala mengirimkan rasa mengantuk pada suaminya. Dia tak mampu lagi bertahan, akhirnya ia pun tertidur lelap. Hembusan nafasnya begitu teratur. Sang isteri segera menyelimutinya dengan selimut tebal, lalu mengecup keningnya dengan lembut. Setelah itu ia segera terdorong rasa rindu kepada mushalla-nya dan bergegas menuju tempat ibadahnya dengan hati melayang.

Sang suami menuturkan, “Entah kenapa aku begitu mengantuk, padahal sebelumnya aku betul-betul ingin begadang. Belum pernah aku tertidur senyenyak ini. Sampai akhirnya aku mendapati isteriku tidak lagi disampingku. Aku bangkit dengan mata masih mengantuk untuk mencari isteriku. Mungkin ia malu sehingga memilih tidur di kamar lain. Aku segera membuka pintu kamar sebelah. Gelap, sepi tak ada suara sama sekali. Aku berjalan perlahan khawatir membangunkannya. Kulihat wajah bersinar di tengah kegelapan, keindahan yang ajaib dan menggetarkan jiwaku. Bukan keindahan fizik, kerana ia tengah berada di peraduan ibadahnya. Ya Allah, sungguh ia tidak meninggalkan shalat malamnya termasuk di malam pengantin.

Kupertajam penglihatanku. Ia rukuk, sujud dan membaca ayat-ayat panjang. Ia rukuk dan sujud lama sekali. Ia berdiri di hadapan Rabbnya dengan kedua tangan terangkat. Sungguh pemandangan terindah yang pernah kusaksikan. Ia amat cantik dalam kekhusyu’annya, lebih cantik dari saat memakai pakaian pengantin dan pakaian tidurnya. Sungguh kini aku betul-betul mencintainya, dengan seluruh jiwa ragaku.”

Selesai shalat ia memandang ke arah suaminya. Tangannya dengan lembut memegang tangan suaminya dan membelai rambutnya. Masya Allah, subhanallah, sungguh luar biasa wanita ini. Kecintaannya pada sang suami, tak menghilangkan kecintaannya kepada kekasih pertamanya, yakni ibadah. Ya, ibadah kepada Allah, Rabb yang menjadi kekasihnya. Hingga bulan kedepan wanita itu terus melakukan kebiasaannya, sementara sang suami menghabiskan malam-malamnya dengan begadang, memainkan alat-alat musik yang tak ubahnya begadang dan bersenang-senang. Ia membuka pintu dengan perlahan dan mendengar bacaan Al-Qur’an yang demikian syahdu menggugah hati. Dengan perlahan dan hati-hati ia memasuki kamar sebelah. Gelap dan sunyi, ia pertajam penglihatannya dan melihat isterinya tengah berdoa. Ia mendekatinya dengan lembut tapi cepat. Angin sepoi-sepoi membelai wajah sang isteri. Ya Allah, perasaan laki-laki itu bagai terguyur. Apalagi saat mendengar isterinya berdoa sambil menangis. Curahan air matanya bagaikan butiran mutiara yang menghiasi wajah cantiknya.

Tubuh lelaki itu bergetar hebat, kemana selama ini ia pergi, meninggalkan isteri yang penuh cinta kasih? Sungguh jauh berbeda dengan isterinya, antara jiwa yang bergelimang dosa dengan jiwa gemerlap di taman kenikmatan, di hadapan Rabbnya.

Lelaki itu menangis, air matanya tak mampu tertahan. Sesaat kemudian adzan subuh. Lelaki itu memohon ampun atas dosa-dosanya selama ini, ia lantas menunaikan shalat subuh dengan kehusyuan yang belum pernah dilakukan seumur hidupnya.
Inilah buah dari doa wanita shalihah yang selalu memohonkan kebaikan untuk sang suami, sang pendamping hidup.

Beberapa tahun kemudian, segala wujud pertaubatan lelaki itu mengalir dalam bentuk ceramah, khutbah, dan nasihat yang tersampaikan oleh lisannya. Ya lelaki itu kini telah menjadi da’i besar di kota Madinah.
Memang benar, wanita shalihah adalah harta karun yang amat berharga dan termahal bagi seorang lelaki bertakwa. Bagi seorang suami, isteri shalihah merupakan permata hidupnya yang tak ternilai dan “bukan permata biasa”. (Dari kumpulan kisah nyata, Abdur Razak bin Al Mubarak)

Kisah Jenazah Syahid Dimandikan Malaikat

Perkahwinan Hanzalah bin Abu Amir dengan sepupunya, Jamilah binti Ubay sudah siap diatur. Kebetulan pula, hari berlangsungnya perkahwinan Hanzalah bertembung dengan hari peperangan tentera Islam menentang musuh di Bukit Uhud. Hanzalah bin Abu Amir mendekati Rasulullah saw, “Saya bercadang menangguhkan sahaja perkahwinan saya malam nanti”. Pada masa itu, Nabi Muhammad saw dan tentera-tentera Islam di kota Madinah sibuk membuat persiapan akhir untuk berperang. “Tidak mengapa, teruskan sahaja perkahwinan ini”, balas Rasulullah saw. “Tetapi saya sungguh berhajat untuk menyertainya”, Hanzalah bertegas. Rasulullah saw berkeras supaya Hanzalah meneruskan perkahwinannya dan memberi cadangan supaya Hanzalah menyusuli tentera Islam di Bukit Uhud pada keesokan hari, setelah selesai upacara perkahwinan.

Hanzalah mendiamkan diri. Ada benarnya saranan Nabi Muhammad itu, perkahwinan ini bukan sahaja melibatkan dirinya bahkan bakal isterinya juga. Pada malam Jumaat yang hening, perkahwinan antara Hanzalah bin Abu Amir dan Jamilah binti Ubay dilangsungkan secara sederhana. Suasana yang hening dan sunyi itu tidak tenang hingga ke pagi. Kota Madinah tiba-tiba dikejutkan dengan paluan gendang yang bertubi-tubi. Paluan gendang mengejutkan para pejuang bersama laungan menyebarkan berita.

“Bersegeralah! Kita bersegera perangi musuh Allah.”

“Berkumpul segera! Keluarlah! Rebutlah syurga Allah!”

“Perang akan bermula!”

Pukulan gendang dan laungan jihad itu mengejutkan pasangan pengantin yang baru sahaja dinikahkan. Hanzalah bingkas bangun dari tempat tidurnya, “Saya harus menyertai mereka”. “Bukankah malam ini malam perkahwinan kita dan Nabi Muhammad mengizinkan kanda berangkat esok?” Soal isterinya. Hanzalah menjawab tegas, “Saya bukanlah orang yang suka memberi alasan bagi merebut syurga Allah”.

Jamilah terdiam dan hanya mampu memerhatikan suaminya bersiap memakai pakaian perang dan menyelitkan pedang ke pinggangnya. Hanzalah menoleh ke arah isterinya, “Janganlah bersedih, doakan pemergian saya, semoga saya beroleh kemenangan”. Suami isteri itu berpelukan dan bersalaman. Berat hati Jamilah melepaskan lelaki yang baru sahaja menjadi suaminya ke medan perang. Namun, Jamilah menguatkan hatinya dan melepaskannya dengan penuh redha. “Saya mendoakan kanda beroleh kemenangan”.

Hanzalah melompat ke atas kudanya dan terus memecut tanpa menoleh ke belakang. Akhirnya, dia berjaya bergabung dengan tentera Islam yang tiba lebih awal daripadanya.

Di medan perang, jumlah tentera musuh adalah seramai tiga ribu orang yang lengkap bersenjata manakala jumlah tentera Islam hanyalah seramai seribu orang. Perbezaan itu tidak menggugat kewibawaan tentera Islam termasuklah Hanzalah. Dia menghayun pedangnya menebas leher-leher musuh yang menghampiri dan apabila dia terpandang Abu Sufyan, panglima tentera Quraisy, Hanzalah menerkam Abu Sufyan umpama singa lapar. Mereka berlawan pedang dan bergelut. Akhirnya Abu Sufyan tersungkur ke tanah. Tatkala Hanzalah mengangkat pedang mahu menebas leher Abu Sufyan, dengan kuat panglima tentera Quraisy itu menjerit menarik perhatian tentera Quraisy. Tentera-tentera Quraisy menyerbu Hanzalah dan Hanzalah tewas, rebah ke bumi.

Sebaik sahaja perang tamat, tentera Islam yang tercedera diberikan rawatan. Mayat-mayat yang bergelimpangan dikenalpasti dan nama-nama mereka, tujuh puluh orang kesemuanya dicatat. Sedang Nabi Muhammad yang tercedera dan patah beberapa batang giginya diberi rawatan, beliau mengatakan sesuatu yang menyentak kalbu, “Saya terlihat antara langit dan bumi, para malaikat memandikan mayat Hanzalah dengan air daripada awan yang diisikan ke dalam bekas perak”. Abu Said Saidi, antara tentera yang berada dekat dengan Nabi Muhammad bingkas mencari jenazah Hanzalah. “Benar kata-kata Nabi Muhammad. Rambutnya masih basah bekas dimandikan!” Abu Said Saidi menyaksikan ketenangan wajah Hanzalah walaupun beliau cedera parah di seluruh badannya. Rambutnya basah dan titisan air mengalir di hujung rambutnya sedang ketika itu matahari terik memancar.


Tuesday, August 24, 2010

Pantun Ingat Ingat

Baju ketat seluar sendat
Pakai tudung just ikat-ikat
Dari mula memang bukan adat
Disudut agama pun gaya tak berkat

Tudung jarang baju nipis
Pakai sikit boleh nampak ‘garis’
Mata orang terbeliak, kita membengis
Bila kena kutuk, kenapa menangis

Lengan pendek blaus gantung
Jeans ketat melekat dipunggung
Jadi orang Islam ni sebenarnya beruntung
Agama tak suruh berbungkus macam pocong

Apa rasanya, kepala bertudung, kain terbelah
Kalau takat rambut orang kurang ghairah
Lain kalau peha gebu atau ternampak lurah
Mata yang memandang boleh keluar darah

Kebaya ketat, kain terbelah
Ikat tudung macam tak sudah
Nak ikut suruhan agama memang tak mudah
Tapi Islam sebenarnya indah

Tutup aurat bukan suruh berselubung
Sampai tak nampak muka dan hidung
Yang faham tuntutan amat beruntung
Taklah bersungut mulut pun muncung

Dah kalau mula minat nak bertudung
Cubalah sesuaikan apa yang disarung
Kalau masih rasa jiwa tu ‘mendung’
Maknanya nafsu tu belum dapat dibendung

Bertudung itu bukan satu paksaan
Ianya lebih kepada keinsafan
Selalunya nafsu masih dikuasai syaitan
Itu la pasal fesyen pun yang bukan-bukan

Asal menutup aurat itu tuntutan
Kalau dianggap susah, tu sebab bosan
Yang ye nya hati tak berkenan
Tu yang berjela-jela mencipta alasan

Menutup aurat satu syariat
Kepada agama kita taat
Hidup berkat pahala berlipat-lipat
Didunia selamat, di akhirat hebat

Tapi Ayah, Adakah Manusia Tidak Masuk Neraka Jika Hari Hujan?

Pada setiap petang Jumaat, selepas solat Jumaat, selepas melayani para jamaah di Masjid,
Imam dan putera lelakinya yang berumur 11 tahun akan keluar ke bandar untuk mengedarkan risalah bertajuk "Jalan Ke Syurga" dan juga menyampaikan ceramah agama.


Pada petang Jumaat itu, seperti biasa Imam dan putera lelakinya akan keluar untuk mengedarkan risalah. Bagaimanapun pada petang tersebut keadaan di luar rumah sangat sejuk dan hujan pula turun dengan sangat lebat.

Budak itu memakai baju sejuk dan baju hujan dan berkata "OK ayah, saya sudah bersedia". Ayahnya berkata "Bersedia untuk apa?". Budak itu menjawab "Ayah, masa telah tiba untuk kita keluar mengedarkan buku-buku tentang Islam ini". Ayahnya membalas "Anakku, di luar sana sangat sejuk dan hujan lebat pulak". Dengan muka yang kehairanan, budak itu bertanya ayahnya, "Tetapi ayah, adakah manusia tidak masuk neraka jika hari hujan?" Ayahnya menjawab, "Anakku, Ayah tak akan keluar dengan cuaca begini..". Dengan nada sedih, budak itu bertanya, "Ayah, boleh tak benarkan saya pergi?". Ayahnya teragak-agak seketika, kemudian berkata, "Anakku, awak boleh pergi. Bawalah buku ini semua dan berhati-hati" .

Kemudian, budak itu telah keluar dan meredah hujan. Budak sebelas tahun ini berjalan dari pintu ke pintu dan lorong-lorong sekitar bandar. Dia memberikan risalah dan buku kepada setiap orang yang ditemuinya. Setelah dua jam berjalan dalam hujan, akhirnya tinggal hanya satu naskhah padanya. Ketika itu dia telah basah kuyup dan berasa sejuk hingga ke tulang. Budak itu berhenti di satu penjuru jalan sambil mencari seseorang untuk diberikan buku tersebut. Namun keadaan di situ lengang. Kemudian dia berpatah balik ke rumah pertama yang dia lalu di lorong itu.

Dia berjalan di kaki lima menuju ke rumah tersebut. Bila sampai di pintu hadapan, dia menekan suis loceng namun tiada sesiapa yang membuka pintu. Dia tekan lagi dan lagi, tetapi masih tiada jawapan. Dia tunggu lagi tetapi masih tiada jawapan. Akhirnya dia berpaling untuk meninggalkan rumah tersebut, tetapi seperti ada sesuatu yang menghalangnya. Dia kembali ke pintu itu dan menekan lagi suis loceng dan buat pertama kalinya mengetuk pintu dengan kuat. Dia tunggu, kemudian seperti sesuatu di anjung rumah itu menghalangnya supaya jangan pergi.

Dia menekan suis loceng sekali lagi dan kali ini dengan perlahan pintu dibuka. Berdiri di hadapan pintu itu seorang perempuan tua yang berwajah kesedihan. Dengan perlahan perempuan tua itu bertanya, "Apa yang boleh saya bantu awak, wahai budak?". Dengan senyuman serta mata yang bersinar yang boleh menyinarkan bumi, budak itu berkata, "Makcik, saya mohon maaf kalau saya telah mengganggu makcik. Saya hanya ingin memberitahu bahawa Allah sangat sayang dan sentiasa melindungi makcik. Saya datang ini hendak memberikan sebuah buku yang terakhir ada pada saya ini. Buku ini menerangkan semua tentang Tuhan, tujuan sebenar Tuhan menjadikan kita dan bagaimana untuk mencapai kebahagiaan daripada-Nya" .. Kemudian, budak itu menyerahkan buku terakhir itu dan berpaling untuk balik.

Sebelum berjalan balik, perempuan itu berkata, "Terima kasih ya anak dan semoga Tuhan memberkatimu" . Selepas solat Jumaat pada minggu berikutnya, Imam menyampaikan ceramah agama seperti biasa. Dia menamatkan ceramahnya dengan bertanya, " Ada sesiapa yang ingin bertanya soalan atau ingin berkata sesuatu?".

Dengan perlahan, di barisan belakang di kalangan tempat duduk muslimat, suara seorang perempuan tua kedengaran di speaker, "Tiada di kalangan jemaah yang berkumpul ini mengenali saya. Saya tidak pernah hadir sebelum ini. Sebelum hari Jumaat yang lepas, saya belum lagi memeluk agama Islam bahkan tidak terfikir langsung untuk memeluknya.

Suami saya telah meninggal dunia beberapa tahun yang lalu, meninggalkan saya sebatang kara, saya benar-benar keseorangan di dunia ini." Pada petang Jumaat yang lepas, ketika cuaca sejuk dan hujan lebat, saya telah bertekad untuk membunuh diri kerana sudah putus harapan untuk hidup. Jadi saya mengambil seutas tali dan sebuah kerusi lalu menaiki loteng di rumah saya. Saya ikat tali tersebut dengan kuat pada kayu palang di bumbung rumah kemudian berdiri di atas kerusi, hujung tali satu lagi saya ikat di sekeliling leher saya. Sambil berdiri di atas kerusi, saya berasa benar-benar keseorangan, patah hati.

Saya hampir-hampir hendak melompat tiba-tiba loceng pintu berbunyi di tingkat bawah dan saya tersentak. Saya berfikir untuk menunggu sebentar, dan pasti orang itu akan pergi. Saya tunggu dan tunggu, tetapi bunyi loceng semakin kuat dan bertubi-tubi. Kemudian orang yang menekan suis loceng itu, mengetuk pintu pula dengan kuat. Saya berfikir sendirian lagi "Siapalah di muka bumi ini yang boleh buat begini? Tiada siapa pernah tekan suis loceng itu atau nak berjumpa dengan saya". Saya longgarkan tali ikatan di leher dan kemudian pergi ke pintu hadapan. Ketika itu bunyi loceng kuat dan semakin kuat.

Bila saya buka pintu dan lihat, sukar untuk dipercayai oleh mata saya, di anjung rumah saya itu berdiri seorang budak yang sangat comel yang bersinar wajahnya seperti malaikat, tidak pernah saya jumpa sebelum ini di dalam hidup saya.

Budak itu tersenyum. Oh! Saya tidak dapat hendak gambarkan kepada anda semua. Perkataan yang keluar daripada mulutnya menyebabkan hati saya yang telah lama mati tiba-tiba hidup semula, seruan budak itu seperti suara bayi yang sangat comel. "Makcik, saya datang hendak memberitahu bahawa Allah sangat menyayangi dan sentiasa melindungi makcik". Kemudian dia memberikan kepada saya sebuah buku bertajuk " Jalan Ke Syurga" yang saya sedang pegang ini. Bila "malaikat kecil" itu telah pulang meredah sejuk dan hujan, saya menutup pintu dan membaca dengan perlahan setiap perkataan yang tertulis di dalam buku tersebut.

Kemudian saya naik semula ke loteng untuk mendapatkan semula tali dan kerusi. Saya tak perlukannya lagi. Oleh sebab di belakang buku ini ada tertera alamat tempat ini, saya sendiri datang ke masjid ini ingin mengucapkan syukur kepada Tuhan. Tuhan kepada budak kecil yang telah datang tepat pada waktunya, yang dengan demikian telah terhindar jiwa saya daripada keabadian di dalam neraka. Ramai yang berada di dalam masjid ketika itu menitiskan air mata. Mereka melaungkan TAKBIR.ALLAH HU AKBAR. gemaan takbir bergema di udara.

Imam iaitu ayah kepada budak itu turun dari mimbar pergi ke barisan hadapan di mana "malaikat kecil" itu sedang duduk. Dia mendakap puteranya dengan air mata keluar tanpa disedarinya. Mungkin tidak ada jemaah yang memiliki saat yang lebih mulia ini dan mungkin di alam semesta ini belum pernah melihat seorang ayah yang penuh kasih sayang dan penghormatan terhadap anaknya. Inilah satu peristiwa..

Berbahagialah anda kerana membaca kisah ini. Jangan biarkan kisah ini di sini sahaja. Bacalah lagi dan sampaikan kepada yang lain. Syurga adalah untuk umat-Nya. Ingatlah, dengan menyebarkan firman Allah boleh mengubah hidup seseorang yang hampir dengan anda. Sila kongsi kisah menarik ini. Sebarkanlah kalimah Allah, kalau kita bantu Allah, Allah akan membantu kita dalam semua perkara yang kita buat.

Maksud firman Allah dalam Surah al-Maidah ayat 3; ".pada hari ini, orang-orang kafir telah putus asa (daripada memesongkan kamu) dari agama kamu (setelah mereka melihat perkembangan Islam dan umatnya), sebab itu janganlah kamu takut dan gentar kepada mereka, sebaliknya hendaklah kamu takut dan gentar kepadaKu. Pada hari ini, Aku telah sempurnakan bagi kamu agama kamu, dan Aku telah cukupkan nikmatKu kepada kamu, dan Aku telah redakan Islam itu menjadi agama untuk kamu, maka sesiapa yang terpaksa kerana kelaparan (memakan benda-benda yang diharamkan) sedang ia tidak cenderung hendak melakukan dosa (maka bolehlah ia memakannya), kerana Sesungguhnya Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani"